Label

Kamis, 16 Februari 2017

Rasanya Pakai Bitesplint (TMJ Diary)

Seperti yang dibahas dipost sebelumnya, saya adalah seorang pasien TMJ (Temporomandibular Joint). Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas perasaan saya (eaaa baper!) selama menggunakan bite splint.


http://www.newwestlab.com/services/bite-splints.aspx
bite splint biasa
fit rahang atas


http://www.edwardbyrne.com/hardsplint.htm
bite splint dengan hook
(lebih mahal makkk)
fit rahang bawah

Apa itu bitesplint? Bitesplint adalah alat yang dimasukan ke dalam mulut, fungsinya menopang agar posisi sendi rahang stabil. Pada awal pemakaian bitesplint ini harus dipakai terus menerus kecuali pada saat makan baru dilepas. Nah kalau tinggi bitesplint dirasa sudah cukup, maka harus dipakai saat makan juga.
 Loh, emang tingginya bisa berubah? Bisa! Jadi si bitesplint ini harus secara rutin "dipangkas" ke dokter prosthodonti yang masangnya.

Pada saat awal pakai bitesplint ini saya merasakan sakit yang super sekali. Rasanya otot-otot daerah kepala, leher, pundak menjadi kencang. Sakit dan pusing sampai saya diresepkan obat pereda rasa sakit oleh dokter prostho saya. Untuk membantu meringankan sakit, selain meminum obat saya juga diharuskan untuk rajin kompres area sendi rahang pakai air hangat sambil dipijet-pijet. Cara pijetnyapun ada instruksi khusus dari dokter.

ini bite splint saya yang sudah dipotong


Selain rasa sakit dan pusing itu, saya juga jadi kesulitan mengontrol pose mulut saat tidur. Hihi.. Posenya semacam automatic open dan ngiler sangat banyak. Produksi ludah alias saliva saya jadi super heboh. Ngomongpun susah banget. Mendadak cedal. Gak jelas didenger pokoknya, dan susah ngomong dengan cepat. Namun lambat laun (mungkin 2-4 pekan) sudah mulai terbiasa. Rasa sakit dan ngomong aneh berkurang. Tapi hingga saat ini produksi ludah masih lumayan banyak dibanding sebelum pakai bite splint. Wajarlah ya, ada "makhluk asing" menginvasi di mulut. Haha..

Setiap habis dilakukan pengurangan tinggi bitesplint saya selalu merasa lidah seperti meraba hal yang tajam. Agak sakit gitu.. Apalagi pas saya sudah mulai pasang ulang ortho, bitesplintnya kan harus dipotong di beberapa bagian gigi, nah itu juga di lidah akan terasa tajam. Ngomong jadi terdengar ngaco lagi. Gak enak pokoknya. Asing gitu rasanya. Tapi setelah lewat +- 3pekan bekas potongannya terasa lebih ramah di lidah. Ngomong juga kembali lebih jelas, tapi belum bisa jelas banget apalagi ngomong cepet.


Ada beberapa tips selama saya pakai bite splint, mudah-mudahan berguna bagi teman-teman pembaca:

  1. Rajin minum air putih biar ludah sering terbilas dan bitesplint tidak licin,
  2. Kalau terasa sakit kompres air hangat sambil dipijat,
  3. Bersihkan bitesplint tiap habis makan, minimal dibilas air, lebih bagus sambil digosok pakai pasta gigi sambil gosok gigi,
  4. Wajib kumur sesudah makan,
  5. Bite splint wajib disikat minimal 2x pagi dan malam,
  6. Nurut kata dokter.

Sekian tulisan kali ini, kalau pengalaman teman-teman pakai bite splint gimana? Tulis di komen ya. ;)

Rabu, 15 Februari 2017

RSGM Maranatha (review)

RSGM Maranatha selain jasa kedokteran gigi, ada klinik kedokteran umumnya juga loh.. Dilengkapi dengan IGD yang siap melayani 24 jam.



Kalau mau ke RSGM ini gak mesti jadi mahasiswa Maranatha dulu kok, umum pun bisa.
Prosedurnya cukup ambil antrean, daftar, tunggu dipanggil deh.
Untuk dokter umum dan IGD pelayanannya di lantai 1, sedangkan kedokteran gigi di lantai 3 (apa5??).



Secara umum saya puas dengan pelayanan disini, baik itu urusan gigi maupun kesehatan umum.
Kalau soal gigi, dokternya top lah, peralatannya juga masih baru-baru, ruangannya luas dan bersih (sayang gak sempat foto).



Kalau yang kedokteran umum, sambil nungguin giliran periksa, saya dicek suhu badan, berat badan, tinggi badan, sampai tekanan darahpun dicek dulu sama perawat di ruang tunggu. Waaaah, jarang loh yang pelayanannya begini. Di klinik lainpun ya ada yang standar pelayanannya seperti ini, namun tidak banyak. Dokter umum yang melayani pun tidak main-main, mereka itu sebagian gelarnya sudah master. Sesuatu lah pokoknya. Saya mo nanya apapun soal keluhan saya, dijawab satu persatu dengan sabar oleh dokternya. Tidak ada rasa canggung, karena dokternya welcome banget.

Namun jangan takut harga pelayanannya akan melambung, karena setelah saya bandingkan harganya standar kok.

So kalau gak enak badan ataupun sakit gigi bisa langsung meluncur ke:
Jl. Surya Sumantri No.65, Sukawarna, Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat 40164
(022) 2005934

Bakmi Jowo DU Sang Pelipur Rindu

Hari itu hujan turun bergemericik. Tidak deras, namun rapat. Pas hujan seperti itu saya suka baper. Rasanya butuh kehangatan. Kehangatan kuah bakmi godhok dengan irisan rawit sepertinya enak.. Zaman tinggal di Jogja makanan ini sangat mudah dijumpai, bahkan harganyapun sangat murah. Sesuai dengan dompet mahasiswa. Tak kuasa menahan rindu, kuterobos hujan menuju jl. Dipati Ukur Bandung. Tepatnya pas pertigaan daerah seberang ITHB.




Sampai sana suasana masih sepi, dulu saat pertama kesana pengunjungnya ramai sekali. Tempatnya juga jadi lebih nyaman. Tak sabar, saya langsung saja pesan bakmi godhok yang sangat dirindukan itu, tak lupa didampingi dengan wedang uwuh biar puollll. Senang rasanya, walaupun harus merogoh kocek lebih dibanding waktu di Jogja dulu. Disini bakminya dihargai Rp 25k, kalau beli di Jogjanya harga segitu udah paket lengkap buangetttttt pake topping dan sate yang beragam. Kalau disini harga segitu itu masih basic ya.. Harga wedang uwuh juga di kisaran Rp 10k, di Jogja dulu Rp 4k - 6k udah dapet. Hehehehe..

Kurang lebih seperempat jam menunggu, wedang dan bakmi disajikan di meja saya. Wah, harumnya semerbak! Asap sedap mengepul, menantang saya untuk segera melahapnya sampai habis.



Ahhh.. Lezat! Ini rasa yang kurindu itu. Namun ada yang kurang joss disana. Biasanya saya makan bakmi di pinggiran jalan sambil nunggu sambil lihat bapak penjualnya atraksi dengan lincah mengolah masakan diatas bara api, tak lupa para ayam-ayam seksi menggoda ikut dipajang di area kaca gerobak. Tapi disini tidak ada hal demikian, sayanggggg banget. Padahal itukan khasnya bakmi jowo. Hehe.. 
Yasudahlah, iringan lagu klasik jawa dengan interior serba kayu saya anggap cukup saja.

Perut kenyang, hati gembira.
Saya pun pulang dengan ceria. 
😁